B. Indonesia

Pertanyaan

1. sebutkan tokoh dan penokohan dalam novel kan ku kenang selalu!2. sebutkan alur dan latar yang dipakai dalam novel kan ku kenang selalu!3. sebutkan hal yang menarik di dalam kutipan novel kan ku kenang selalu!plisss bantu jawab yaahhPR buat besokk

1 Jawaban

  • Jamie terdiam beberapa saat sebelum menjawab. “Aku belum tahu,” sahutnya, setelah berpikir beberapa saat. “Kurasa aku mungkin akan pergi, kalau kesempatan itu ada. Aku belum pernah pergi ke pesta dansa homecoming (reuni alumni).” 
    “Acaranya menyenangkan,” ujarku cepat. "Tidak terlalu menyenangkan, tapi menyenangkan.” Terutama dibandingkan dengan pilihanku yang lain, tambahku dalam hati.
    Ia tersenyum mendengar jawabanku. “Aku tentu harus membicarakannya dengan ayahku lebih dulu. Kalau ia mengizinkan, kurasa aku bisa pergi.”
    Seekor burung yang bertengger di pohon dekat teras itu mulai berkicau ramai, seakan ia tahu tidak seharusnya aku berada di situ.
    Aku memusatkan seluruh perhatianku pada suara burung itu, sambil mencoba menenangkan kegelisahanku.

    Dua hari yang lalu, sama sekali tidak akan terbayang olehku untuk mengajak Jamie, bahkan mempertimbangkannya sekalipun.
    Tapi tiba-tiba aku sudah di sini, mendengar suaraku sendiri sementara aku mengucapkan kata-kata ajaib itu.
    “Ehm, maukah kau pergi ke pesta dansa itu bersamaku?”
    Aku bisa melihat Jamie terkejut. Kurasa Jamie mengira basa-basiku. Sebelum ini mungkin ada hubungannya dengan orang lain yang ingin mengajak dirinya. Kadang-kadang seorang anak remaja mengirim temannya untuk “menjajaki situasi”, begitulah istilahnya, untuk menghindari kemungkinan terjadinya penolakan. Meskipun Jamie tidak seperti kebanyakan anak-anak remaja lain, aku yakin Jamie memahami konsep itu, setidaknya secara teori.
    Namun bukannya langsung memberikan jawaban, Jamie malah berpaling ke arah lain selama beberapa saat. Hatiku terasa menciut karena aku merasa ia akan mengatakan tidak.
    Tiba-tiba aku menyesali caraku memperlakukan Jamie selama ini. Aku teringat saat-saat aku mengejeknya atau mengatai ayahnya seorang pezina atau sekadar menertawakannya di belakang punggungnya.
    Pada saat aku mulai merasa amat bersalah mengenai semua itu. Jamie menoleh dan menatapku kembali. Di wajahnya tampak seulas senyum.
    “Aku mau pergi denganmu,” kata Jamie akhirnya, “dengan satu syarat.” Aku menguatkan diri, sambil berharap syaratnya tidak terlalu berat. “Ya?”
    “Kau harus berjanji bahwa kau tidak akan jatuh cinta padaku.” Aku tahu Jamie cuma bercanda daricaranya tertawa, dan mau tidak mau aku kemudian menghela napas lega. Kadangkadang harus aku akui, Jamie memiliki rasa humor yang tinggi. Aku tersenyum dan memberikan janjiku padanya.

Pertanyaan Lainnya